Sejarah Desa


SEJARAH BERDIRINYA DESA BANYUADEM


Sejarah asal mula Desa Banyuadem berawal dari Raden Tumenggung Sucen melakukan ritual dengan berjalan kaki di malam hari dengan membawa penerangan ( obor ) berupa oncor, menuju ke arah gunung Merapi.Sesampainya di kaki gunung  yang sekarang  tempat tersebut bernama Tanen, obor / oncor tersebut mati apinya, sehingga Raden Tumenggung Sucen memutuskan bahwa sampai tempat tersebut adalah ambang batas yang bisa / aman dihuni oleh penduduk, sehubungan pada waktu itu gunung Merapi baru saja mengeluarkan material yang masih panas. Dalam perjalanan pulang, beliau sampai di suatu tempat , sambil mengamat-amati , bahwa material merapi yang disertai air yang masih panas, sesampai ditempat itu sudah berubah menjadi dingin. Maka Sejak waktu itulah tempat tersebut di beri nama BanyuAdem ( Air Dingin ).Sampai saat ini nama tersebut dipakai untuk Nama Dusun Dan Desa.
 Selang beberapa tahun kemudian, ada utusan dari Sultan ke 4 kerajaan Mataram yang berjumlah 8 orang, yaitu R.Brojo,Rgereng,R.Eko Rincik, R.Citroliko, R.Sastro, R. Brojo Gudel,R.Dipo dan R.Eko Condro. Kedelapan  Utusan dari Raja Mataram tersebut di beri tugas untuk Ngesuhi (memimpin) di daerah ini, untuk beberapa bidang,antara lain bidang Pemerintahan. Salah satunya Raden Eko Condro sebagai Kepala Desa pertama di Banyuadem. Kedelapan orang tersebut bisa juga di sebut sebagai cikal bakal yang tinggal di Desa Banyuadem ini. Bersama beberapa penderek ( pengikut ) para utusan tinggal dan menetap di daerah ini sambil membentuk wilayah kecil kecil berupa dusun.Dusun- dusun tersebut adalah :
1.    Dadapwangi, diberi nama Dadapwangi karena sentral Pemerintahan Desa pertama kali berpusat di dusun yang  terdapat pohon Dadap.
2.    Dusun Suruh, Suruh adalah bahasa jawa dari Sirih, daun untuk bahan kinang untuk orang tua jaman dulu. Daun Sirih yang warnanya hijau , setelah di kunyah berubah warnanya jadi merah.karena beberapa orang penduduknya bisa membuat abang ijonya suasana,dengan kata lain sebagai pengambil keputusan diberbagai hal.
3.    Ganden,atau palu , karena di setiap hal yang akan disepakati , maka masyarakat dusun Ganden yang mendukung paling banyak dan akhirnya terlaksana.
4.    Trolikan, dusun ini pertama kali di huni oleh salah satu utusan dari kerajaan kesultanan Yogyakarta, yang bernama Citroliko, Raden Citroliko menjabat sebagai  filter pemerintahan di masa itu.
5.    Cungkup, adalah bangunan yang berada di atas makam / kuburan,bahwa sebelum ada penduduk yang tinggal di tempat ini, sudah ada kuburan , makam dari prajurit  Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Prawira Prakosa yang gugur melawan Belanda,dan di makamkan bersama kudanya di tempat ini.
6.    Gambrengan, penduduk yang tinggal di wilayah dusun ini , selau merasa kecewa,atau cengeng, gambreng adalah sinonim dari menangis.
7.    Bakalan adalah dusun paling muda usianya diantara dusun dusun lain,dusun ini pecahan dari dusun Dadapwangi, dikarenakan terpisah oleh sungai Batang, akibat banjir lahar dingin Merapi.

Kepala Desa  yang pernah menjabat :
Kepala Desa I    
R. Eko Condro,menjabat dari Tahun 1851 – 1887 (wafat di Mekah,pada waktu  menunaikan Haji)
Kepala Desa II
R. Condro Koro,menjabat dari tahun 1887 – 1902.
Kepala Desa III
R. Condro Sentono,menjabat dari tahun 1902 – 1927,beliau pendiri patriot Islam, mampu dan mau mengundang Kyai, untuk mengajar agama Islam untuk keluarga dan Rakyatnya. Pada pertengahan pemerintahan ini , sempat terjadi pemecahan wilayah Desa, menjadi 4 pimpinan pemerintahan, di karenakan atas rekayasa pemerintahan kompeni Belanda yang selalu akan memecah belah. Masa itu disebut Lurah Jajar, yaitu R. Condro Sentono, R. Eko Rincik, R.Lurah Buncis, dan R. Lurah Ganden.Masa pemerintahan Jajar tidak lama, dan kembali menjadi satu Kepala Desa lagi pada tahun 1918, di tandai dengan  krenjengan genting bon, oleh pemerintah Kolonial Belanda.
Kepala Desa IV
R. Idris, menjabat tahun 1927 – 1931 ( terkena masalah dengan pemerintah Belanda )
Kepala Desa V
R. Condro Winoto , menjabat tahun 1931 – 1939 ( wafat sebelum akhir  jabatan )
Kepala Desa VI 
R. Sukro , menjabat tahun 1939 – 1942 .
Kepala Desa VII
R. H.Iskhak Danu Utomo
menjabat tahun 1943 – 1975 ,pertama kali mengadakan lansir tanah (pendataan tanah)
Kepala Desa VIII
H.Muh Zuhdi BA , menjabat tahun 1975 – 1989 .
Kepala Desa IX
Suwarto , menjabat tahun 1989 – 1994 
Kepala Desa X
Supriyadi , menjabat tahun 1994 - 2013 ( dua kali menjabat, jabatan pertama mengundurkan diri di pertengahan masa jabatan, namun mancalonkan lagi pada periode berikutnya, dan terpilih kembali mengalahkan bumbung kosong.
Kepala Desa XI
Wahyu Widyantoro menjabat tahun 2013 - sekarang

Dari sekian Kepala Desa yang pernah dan menjabat, proses pengadaanya seorang Kepala Desa dari tahun ke tahun, berbeda sistim pemilihannya, yaitu :
1.     Kepala Desa  yang pertama dan ke dua kali dengan cara Dodokan ( jongkok di belakang calon Kepala Desa ) yang lebih banyak dodok di belakangnya ,adalah yang menjadi  Kepala Desa,  dengan dukungan Kuli Kenceng ( Penduduk yang mempunyai Tanah ) Pada waktu itu di ikuti oleh kuli kenceng sebanyak 183 orang.
2.    Kepala Desa ke 3 dipilih dengan cara dukungan langsung / dodokan oleh semua kuli / petani / buruh tani sebanyak 271 orang.
3.    Kepala Desa ke 4 s/d ke 7 dengan cara menggunakan media , yaitu memasukan lidi kayu Jati ke dalam bambu ( bumbung ), yang lebih banyak memasukan ke dalam bumbung – bumbung itulah yang berhak menjadi seorang Kepala Desa.
4.    Pemilihan Kepala Desa ke 8 s/d sekarang, telah menggunakan media yang telah di perbaharui, yaitu dengan memilih tanda gambar seoarang calon Kepala Desa.

12 komentar:

  1. mantep mas dongenge....monggo terus digali crito-crito lokale

    beberapa guru Mbayu Adem pernah saya kenal, Pak Marsan, Pak Zamroni....sampeyan tepang?

    BalasHapus
  2. mas siponang, trimakasih atas kunjungannya, Pak Marsan, Pak Zamroni ya kenal, sampean sekarang dimana tinggalnya??

    perlu diketahui Blog ini dikelola oleh Kelompok Informasi Masyarakat Desa Banyuadem dengan tujuan untuk mempromosikan potensi desa, anggotanya tiap dusun ada, namun belum sempat ditampilkan di Blog karena memang jarang mengadakan pertemuan, maklum semua hanya berjuang tanpa bayar demi kemajuan desa Banyuadem

    BalasHapus
  3. Bagus.....sangat menarik mengenang sejarah. Bagaimana bila diposting juga kisah-kisah mistis Mbah Browijoyo yang bediam di Kembang sebelah timur dusun Banyuadem.

    BalasHapus
  4. tempat kelahiranku nih ...
    update lagi dong info nya

    BalasHapus
  5. info sejarah yang sangat bermanfaat ,semoga tidak dilupakanoleh anak cucu

    BalasHapus
  6. Lagi iseng buka buka asal usul desa banyuadem,ketemu juga. Kulo dari dsn Gambrengan, putrane mbak Jam. Semoga desa Banyuadem senantiasa mendapat perlindungan,aman,dan tenteram. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sip mas, generasi muda harus tau sejarah tempat kelahirannya agar bisa mensyukuri perjuangan mbah-mbah kita dahulu, yang lebih penting lagi bisa ikut berpartisipasi dan berperan aktif dalam membangun desa

      Hapus
  7. Support selalu KiM Banyuadem

    BalasHapus
  8. Mantap,
    Cerita sejarah yang tidak akan pernah punah,
    Teruslah bergerak dan gali potensi Desa kita, demi kemajuan bersama dan selanjutnya nama kitalah yang akan ditulis oleh anak cucu kita dalam sejarah Banyuadem tercinta

    BalasHapus