Minggu, 04 Desember 2016

Jalan Tembus Kunengan - Banyusemurup Makin Mulus

Masih ingat nama Kunengan? kalau anda warga Desa Srumbung atau Desa Banyuadem ber usia 40 tahun ke atas pasti kenal dengan nama Kunengan. Tempat ini terletak di Dusun Srumbung Lor (sekarang ada Rumahnya Pak Kasmudi dan kios-kios kelontong).


letak jalur Kunengan - Banyusemurup

Dulu nama Kunengan yang sempat terkenal sebagai tempat untuk "ngadang" oplet (angkutan umum) bagi warga Banyuadem dan sekitarnya termasuk warga Desa Banyuadem yang akan ke kota. Bagi warga Desa Banyuadem untuk sampai ke Kunengan biasanya melewati jalur "Banyusemurup", melalui jalan setapak berupa "galengan" dan nyebrang Sungai Gremeng (banyusemurup).

angkutan seperti ini pernah berjaya di jalur Srumbung
Jalur yang penuh kenangan tersebut kini di perlebar sekitar 3 meter, namun sementara ini hanya diperbolehkan lewat hanya sepeda motor, untuk roda empat belum di perbolehkan.

Pelebaran jalan jalur Kunengan dengan kerja bakti dua Desa
Jembatan Banyusemurup

Dengan diperlebarnya jalur ini diharapkan mobilitas perekonomian warga dapat lebih meningkat.

Antisipasi Kekeringan di Musim Kemarau



Ingatkah anda bahwa pada jaman dahulu air-air sungai mengalir jernih mellimpah ruah bahkan pada musim kemarau? Ingatkah bahwa pada masa kecil senang mencari ikan di sungai di sekitar kita? Bahkan mandi di sungai tanpa takut terkena kotoran sungai? Yaa.. pasti ingat semua kenangan tersebut. Sesuatu yang saat ini benar-benar tinggal cerita. Tapi apakah anda memperhatikan dan mencari tahu kkenapa saat ini sungai lebih cepat mongering sebelum kemarau datang? 

Mari kita mencoba menganalisa apa penyebab hilangnya air yang dahulu melimpah. Yang paling banyak berpendapat hilangnya air ketika kemarau adalah rusaknya hutan akibat penambangan liar di lereng Merapi, padahal sebenarnya banyak factor penyebabnya, seperti yang telah saya ringkas dari beberapa pendapat antara lain:

  1. Kerusakan hutan akibat penambangan liar di lereng Merapi
  2. Makin sempitnya lahan tangkapan air karena pemukiman yang semakin luas 
  3.   Lahan pertanian basah dirubah menjadi perkebunan salak pondoh
  4. Pengerasan jalan dan halaman pemukiman di berbagai sudut perkampungan sehingga berkurangnya resapan air hujan
  5. Makin sedikitnya pepohonan besar di ladang-ladang dan kebun-kebun warga
  6.  Banyaknya sumber-sumber air dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga (air bersih) dengan ccara mengambil air menggunakan pipa-pipa langsung dari sumber mata air. Jaman dulu membuat sumur, dan kalau mandi cuci mendatangi sumber mata air.
  7. Tidak ada “kowen” atau lubang yang dibuat untuk membuang sampah rumah tangga di setiap pekarangan rumah, Kowen ini sebenarnya dapat menjadi resapan air/menampung air hujan dan meresap ke dalam tanah.
Masalah kekeringan adalah masalah kita bersama yang harus diselesaikan secara bersamma-sama. Tidak boleh saling menyalahkan yang pada akhirnya timbul perkataan “itu tanggung jawabmu dan bukan tanggunng jawabku”.

contoh kowen
Dilihat dari permsalahan diatas ada baiknya mari kita melaksanakan hal-hal yang ringan tetapi dapat memberikan manfaat bagi upaya pencegahan kekeringan di musim kemarau, yaitu membuat lubang resapan air atau KOWEN. Lubang ini ternyata mempunyai banyak fungsi yaitu:

  1.  Sebagai tempat pembuangan sampah
  2. Sebagai tampungan air hujan (resapan air)
  3. Sebagai bagian dari antisipasi banjir

Seandainya di Desa Ngablak, Desa Banyuadem, Desa Kradenan, seluruh rumah tangga nya ada kowen, mudah-mudahan dapat ikut andil dalam antisipasi kekeringan di musim kemarau.
 
Ternyata orang-orang jaman dahulu memang lebih bijak dalam berdampingan dengan alam, karena rata-rata jaman dahulu hamper setiap rumah ada KOWEN.